Kali ini akan saya bagikan wacana tentang jenis-jenis tarian Nusantara beserta daerah asalnya. Silakan dibaca dan disimak baik-baik ya guys
a. Tari Saman, Seudati : Nanggroe Aceh Darussalam
b. Tari Manduda, Tor Tor, Serampang 12 : Sumatra Utara
c. Tari Piring, Alu Ambek,Mancak, Lilin : Sumatra Barat (Minang)
d. Tari Lambak Joget (pergaulan), Zapin : Riau
e. Tari Sekapur Sirih, Rabgguk : Jambi
f. Tari Pagar Pengantin, Tanggai : Sumatra Selatan
g. Tari Andua, Saputangan : Bengkulu
h. Tari Bedana, Ngarak Lampung : Lampung
i. Tari Lenong, Topeng Blantek : DKI Jakarta
j. Tari Jaipong Ketuk Tilu, Merak,
Kandagan, Topeng : jawa Barat
k. Tari Keraton (pethilan wireng, wayang orang,
langendriyan, srimpi dan bedaya), Tari Rakyat
(badui, kethek ogleng, soreng, jathilan,
lengger) : Jawa Tengah
l. Tari Keraton (pethilan wireng, wayang orang,
Langen mandrawanaran, srimpi, bedaya) Tari
Rakyat (badui, tayuban) : Daerah Istimewa Yogyakarta
m. Tari Ngremo, Beskalan, Ludruk, Tandak,
Jaran Goyang, Padhang wulan, Jathilan,
(jaranan), Reog : Jawa Timur
n. Tari Japin Berkilah : Kalimantan Barat
o. Tari Kinyah Bawi : Kalimantan Tengah
p. Tari Beksa Kembang : Kalimantan Selatan
q. Tari Perang : Kalimantan Timur
r. Tari Maengket, Pakarena : Sulawesi Selatan
s. Tari Mopopute Cingke : Sulawesi Tengah
t. Tari Palumpa : Sulawesi Tenggara
u. Tari pendet, Panyembrama, Margapati,
Panji Semirang, Kebyar Duduk, Baris, Keris
Barong, Topeng, Rangda, Sang Hyang, Kecak : Bali
v. Tari Gandrung : Nusa Tenggara Barat
w. Tari Bido Feto Eman : Nusa tenggara Timur
x. Tari Inabar Ilaa : Maluku
y. Tari Perang, Selamat Datang : Irian Jaya
Itulah beberapa jenis tarian yang ada di Nusantara. Kita sebagai generasi muda perlu melestarikan budaya-budaya apa saja yang kita miliki khususnya pada seni tari. Semoga wacana di atas dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan mengenai tarian-tarian Nusantara. Terima kasih
Minggu, 23 Maret 2014
Sabtu, 22 Maret 2014
Berkaca Pada Rasa - Mila Rosinta Totoatmojo, S.Sn


Komposer : Cosin Mukti S.Sn
Penari : Ayu Permata Sari, Duwi Novrianti, Yoqta Gita, Silvia Dewi Martaningrum, Mila Rosinta, Hendi Hardiawan dan Adek Rohim
Pemusik : Chosin Mukti, Fierly Adela, Putut, Glen dan Catra
Make up dan Kostum : Fuad Fuadi dan Bunda Ratu Ayu
Setting dan Properti : Gajah Mada dkk
Lighting : Eko Sulkan
Tim Produksi : STUPA Community
Koreografer Mila Rosinta Totoatmojo,
S.Sn dan kawan-kawan sukses melaksanakan pagelaran
tari berjudul Berkaca Pada Rasa di Audotorium Tari Fakultas Seni
Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tadi malam.
Pagelaran tari yang telah dipersiapkan sejak November tahun lalu ini
benar-benar berhasil memukau perhatian para penonton. Tidak hanya orang
Indonesia saja, namun orang barat pun ikut terpukau karenanya. Pagelaran karya
tari tersebut diringi dengan musik oleh penata musik M. Chosin Mukti.
Dalam pementasan tersebut Mila dkk menggunakan topeng dan
cermin. Ia selalu berusaha menyelipkan nilai-nilai positif kehidupan yang luhur
pada seni tari yang ia pentaskan. Termasuk kali ini Mila mengangkat tema
Berkaca Pada Rasa, karena ia ingin mengajak para penonton untuk berintrospeksi
diawal tahun 2013 ini, “Cermin merupakan refleksi dari diri kita sendiri.
Siapa yang menabur Ia yang menuai hasil, jadi jika kita
bersikap baik maka mendapatkan refleksi yang baik, jika kita bersikap buruk
maka mendapatkan refleksi yang buruk juga, Aku ingin mengajak penonton
berintrospeksi diri diawal tahun 2013 ini, katanya seperti yang dikutip dalam
situs yahoo.com .
Melalui koreografi Mila ingin menunjukkan fenomena yang
biasa terjadi pada diri manusia, “Ketika kita menangis, marah, sedih, gembira,
kita sering melihat cermin untuk mengetahui ekpresi wajah kita, kita juga
sering mengadu pada cermin”, paparnya. Sedangkan topeng menjadi simbol bahwa
manusia sering lupa dengan dirinya sendiri.
Cantik, muda, dan berprestasi begitulah kiranya ungkapan
yang layak untuk wanita muda yang satu ini. Tidak hanya cantik namun ia
berprestasi. Hingga saat ini puluhan komposisi tari telah berhasil ia ciptakan
baik tari tradisi maupun kontemporer. Bahkan berbagai penghargaaan telah ia
terima, ia ingin membuktikan bahwa seni tidak hanya sebatas tontonan saja,
namun juga sarat dengan nilai-nilai positif kehidupan yang bisa dipetik oleh
penikmatnya.
Lahir dari pasangan Sudarwoto dan Endang Suksesi yang
keduanya merupakan seniman dalam bidang videografi dan perfilman, jiwa seni pun
mengalir kuat dalam dirinya. Semenjak kecil ia sudah dikenalkan dengan dunia
seni oleh kedua orang tuanya. Ia belajar melukis, musik, dan menari. Bakat seni
tarinya sangat menonjol, hal itu dibuktikan dengan prestasi yang ia raih,
pertama kali ia mengikuti lomba tari ia langsung menjadi juara pertama se DKI,
padahal pada saat itu ia masih kelas 2 Sekolah Dasar, luar biasa bukan?
Prestasinya tidak hanya berhenti disitu, namun terus
berlanjut ke tingkat nasional. Karena prestasinya itu ia dipercaya untuk
menjadi ketua saggar tari SMP di sekolahnya. Saat itulah ia mulai belajar
menciptakan komposis tari yang kemudia dibawakan bersama temen-temannya.
Setelah lulus SMP, keluarganya pindah ke Yogyakarta.
Tidak hanya berhenti disitu kemampuan menarinya malah semakin berkembang di
kota Budaya ini. Pada saat SMA ia pernah mendirikan sebuah band cewek bersama
teman-temannya. Disitu ia berperan sebagai drummer. Band yang bernama
lipsing ini sering pentas dalam kegiatan sekolah maupun di luar sekolah. Di
masa SMA ini, Mila mulai belajar tarian Jawa sebagai syarat untuk mengikuti
program pertukaran pelajar ke Negeri Sakura.
Setelah lulus SMA, ia semakin tertarik untuk memperdalam
ilmu tari yang ia miliki. Akhirnya ia putuskan untuk kuliah di Institut Seni
Indonesia (ISI) Yogyakarta jususan Penciptaan Seni Tari. Disini lagi-lagi ia
mendapatkan prestasi hingga mampu meraih beasiswa.
Kemampuannya dalam menciptakan tari pun
semakin terasah dan teruji. Beberapa komposisi tari yang telah ia pentaskan
antara lain koreografi motif batik kawung yang ia namai Srimpi Kawung
(2009), the chair (2010), kawung kontemporer (2011). Ada lagi The
Entrapment dan The Beginning karya yang diciptakannya untuk sebuah
pementasan di negeri Jepang.
Mila terus menari karena ia masih
memiliki banyak mimpi. “aku iri sama orang barat yang bisa menghargai karya
seni, dan aku ingin orang-orang kita bisa melakukan hal yang sama.. “ katanya
seperti yang dikutip dalam www.kratonpedia.com. Sampai saat ini ia ingin
memiliki padepokan sendiri, dimana ia bisa menghimpun anak-anak yang ingin
berekspresi namun tak memiliki ruang.
"Berkaca
Pada Rasa" sebagai ritual kontemplatif yang dibutuhkan setiap orang
khususnya pada suasana tahun baru 2013 .. Memulai hal yang baru tidak lepas
dari penilaian historis yang mengacu pada refleksi rasa. Pada karya tari ini
media cermin digunakan sebagai wacana refleksi diri menuju langkah kedepan pada
kesempurnaan diri.
Selasa, 18 Maret 2014
Ceritaku dalam Diaryku
Masa remaja adalah masa paling indah untuk diabadikan. Namun, jika di masa itu penuh dengan kehancuran, dan butuh perjuangan yang tidak mudah, apa kita masih mampu untuk mengabadikannya?
Berawal dari kisah seorang gadis berusia 17 tahun. Dia bernama Afi. Kelihatannya dia sama seperti yang lain. Normal-normal saja, tanpa ada masalah apapun. Tapi sebenarnya tidak. Ternyata ada kanker yang masuk ke dalam tubuhnya sejak dia duduk di bangku SMP. Dan dia pun baru menyadari itu di usia 16 tahun.
SMA N 01 Probolinggo adalah tempat di mana dia menempuh pendidikan sekarang ini. Berada di kelas XII Bahasa, dan menjadi siswa yang berprestasi. Sosok Tama adalah seseorang yang sangat dia cintai dan berharap menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidupnya. Tiga tahun sudah mereka menjalin hubungan. Aman, dan tanpa masalah. Namun sekarang sikap Tama terhadap Afi sedikit berubah. Waktu yang diberikan Tama untuk Afi pun semakin berkurang. Jarang ada perhatian seperti dulu. Tetapi dengan kekuatan cintanya, dia mampu untuk bersabar, berpikiran positif, dan sangat yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Satu bulan sudah hubungan mereka seperti ini. Seiring berjalannya waktu, kecurigaan pun muncul dalam benak Afi. Hingga dia memutuskan untuk mencari tahu, apa yang menjadi penyebab dari semua ini. Tanpa dia duga sebelumnya, tenyata ada orang ketiga dalam hubungan mereka. Tentunya keadaan seperti ini membuat dia terpukul. Namun di sisi lain dia sangat tegar, dia tak ingin hubungannya berakhir karena adanya orang ketiga, tetapi karena maut yang telah memisahkan mereka, dan dipertemukan kembali di keabadian Surga. Meskipun Afi tau tentang yang sebenarnya, dia tetap berusaha untuk tenang dan tetap tersenyum di depan Tama, padahal rasa perih dalam hati tak bisa ditahan lagi. “inilah cobaan yang harus aku hadapi”, lirihnya dalam hati.
Setiap malam Afi termenung sendiri, memikirkan masalah yang harus dia lewati dan mencari cara untuk menyelesaikannya tanpa ada kekerasan. “apakah Tama telah lupa akan janji-janjinya dulu? Ah… aku rasa tidak mungkin, siapa tau dia khilaf, karena manusia tempatnya salah” dengan optimis Afi berpikir seperti itu. Tiba-tiba ada setetes darah yang keluar dari hidungnya. Merasakan pusing dan sakit yang luar biasa. Dia tahu, bahwa kanker darah yang dideritanya kambuh. Dia tak mau kedua orang tuanya tahu akan hal ini. Dia berusaha untuk menyembunyikan semuanya karena dia tidak ingin menyusahkan siapa pun, termasuk keluarganya sendiri. Beberapa waktu kemudian, Afi mulai membaik. Dan di saat itu juga ada sebuah pesan dalam handphonenya. Pesan itu dari Tama. “sayang, maaf ya, besok pagi aku tidak bisa menemanimu ke toko buku. Ada suatu hal yang tak bisa kutinggalkan”. Membaca pesan itu, Afi mulai meneteskan air mata. Karena dia tahu, bahwa Tama akan pergi bersama selingkuhannya.
Malam yang kelam berganti pagi yang cerah. Afi bersiap diri untuk pergi ke toko buku tanpa ada yang menemani. Sebenarnya dia mempunyai seorang kakak yang sayang terhadapnya. Namanya Fita. Tetapi kini dia tinggal di Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya. “mau ke mana sayang? Ini masih terlalu pagi”, tanya bundanya. “Afi mau ke toko buku bun”, jawabnya dengan penuh kelembutan. “ya sudah kalo begitu, hati-hati ya sayang, jaga diri kamu baik-baik”, “iya bun, Afi berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum”, “Wa’alaikumsalam”.
Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Afi melihat seorang lelaki yang sama persis dengan Tama. Dan ternyata itu benar. Dia bersama perempuan itu. Berdua di sebuah taman yang sudah menjadi tempat favorit Afi dengan Tama. Tanpa berpikir panjang, Afi menghampiri mereka yang tengah asik bercanda tawa. “kamu nggak pernah ngertiin perasaan aku Tama”, suara Afi itu telah mengagetkan mereka berdua. “kamu ngapain di sini? Bukannya seharusnya kamu ada di toko buku sekarang?”, ucap Tama. “itu nggak penting, yang terpenting sekarang,kamu tentukan, siapa yang sebenrnya ada di dalam hati kamu?” balas Afi. Tama menarik tangan Afi, meninggalkan perempuan itu, dan saling bicara memberikan penjelasan. “kamu tau kan, aku sayang sama kamu, udah tiga tahun kita menjalin hubungan, dan kamu pasti ingat kan, dengan janji-janjimu dulu? Untuk saling setia, mewujudkan impian kita membangun keluarga kecil yang bahagia, saling melengkapi, selalu bersama dalam suka maupun duka, saat senang maupun sedih, saat sakit maupun sehat, apa kamu udah lupa dengan semua itu?” jelas Afi dengan penuh ketegaran. “alaaahh… udahlah, lupain aja, sekarang aku udah punya seseorang yang lebih sempurna daripada kamu..!”. Perkataan Tama dengan nada kasar. “apa salahku? Aku tak percaya kau bisa berubah seperti ini”. “aku cuma pengen cari suasana baru dalam hidup aku, puasss..!”. “jadi sekarang kita…” , “iya, kita putus, dan nggak ada hubungan apa-apa lagi.” Afi segera lari meninggalkan Tama, dan meratapi apa yang telah terjadi pada hari ini.
Sudah tiga hari Afi tidak masuk sekolah. Setiap hari hanya berada di kamar, kedua orangtuanya pun tak didengarkan. Pintu kamarnya terkunci. Dan akhirnya, Fita, kakak Afi pulang ke rumah karena mengetahui keadaan adik yang disayanginya seperti ini. “Afi, buka pintunya, ini kakak sayang, kakak baru pulang dari Bandung, apa kamu tidak rindu dengan kakakmu?” kata Fita untuk membujuk Afi agar mau membukakan pintunya. Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Kedua orangtuanya pun membiarkan Fita dan Afi saling berbicara. Karena beliau tahu bahwa hanya Fita yang mampu membuat Afi semakin tenang dan lebih baik. “kenapa kamu termenung sendiri di dalam kamar seperti ini sayang? Ayo, cerita sama kakak”. “Afi nggak kenapa-kenapa kok kak, cuma demam biasa”. Jawab Afi dengan senyum pahit. “tapi wajahmu pucat sayang”. “kakak tenang aja ya, Afi kecapekan doang kok, ntar juga sembuh sendiri”. “bener, kamu nggak kenapa-kenapa?”. “bener kakakku sayang”. “ya sudah kalo gitu, kamu istirahat dulu ya, kakak mau ngobrol-ngobrol sama bunda sama ayah juga”. Senyum manis terlontar dari wajah Fita. “iya kakakku sayang”.
Setelah Afi merasa lebih baik, dia pun memutuskan untuk masuk ke sekolah seperti biasanya. Sebenarnya dia tidak kuat dengan Tama dan selingkuhannya selalu bermesraan tepat di depan dia. Namun apa pun yang terjadi, dia harus ikhlas dengan semua itu dan mencoba untuk tetap tersenyum walaupun di dalam hatinya tersimpan kepedihan. Dengan bangganya Tama memperlihatkan rasa sayangnya terhadap perempuan itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan Afi.
Sepulang sekolah, Afi tidak langsung pulang. Tapi dia menuju ke sebuah tempat. Yaitu taman di mana dia bersama Tama menghabiskan waktu berdua untuk bercanda bersama, menikmati indahnya suasana di taman itu, dan yang tak bisa dilupakan oleh Afi sampai sekarang adalah, kenangan indah saat mereka menyanyikan lagu favorit mereka.
“ I can see you, if you’re not with me I can say to my self If you’re OK I can feel you, if you’re not with me I can reach you my self You show me the way “ Tanpa dia sadari, dia pun menyanyikan lagu tersebut pada waktu itu dengan tetesan air mata dan penuh kehancuran. Semuanya telah sirna. Tak ada lagi canda tawa, tak ada lagi kasih sayang, tak ada lagi yang mengusap air matanya di saat dia menangis, dan tak ada yang membuatnya bahagia di saat dia bersedih. Semua hanyalah kenangan, kenangan termanis yang tak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun.
Saat perjalanan menuju ke rumah, Afi merasa ada yang aneh,dan ternyata hidungnya mengeluarkan darah lagi. Tak lama kemudian pun dia pingsan. Orang yang melihat dia terkapar berusaha membantunya untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dia siuman, dokter menyanyakan di mana keluarganya. Namun dia hanya menjawab “sedang ada urusan dok, saya tidak mau keluarga saya tahu tentang keadaan saya yang sebenarnya”. Sang dokter pun tak mampu berkata. Tanpa berpikir panjang, beliau meminta Afi untuk bebicara empat mata. “sebenarnya saya berat untuk mengatakan ini kepadamu”. Kata dokter. “tidak apa-apa dok, apa pun hasilnya, saya akan menerimanya dengan ikhlas”. “kanker darah yang menyerangmu sudah pada titik stadium akhir. Saya harap, kamu mau untuk melakukan operasi, karena mungkin itu bisa membantumu menjadi lebih baik”. “berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi itu dok?”. “cukup besar dan tidak sedikit. 20 juta rupiah”. (dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu) ucapnya dalam hati. “maaf dok, sepertinya saya tidak bisa melakukan operasi itu”. “lalu bagaimana dengan kondisimu? Kamu butuh perawatan yang tidak mudah”. Afi hanya tertunduk lemas dan tak berdaya memikirkan beban seberat itu yang harus ditanggungnya sendiri karena tidak mau menyusahkan siapa pun.
Dengan perasaan sedih, Afi keluar dari rumah sakit. Karena dia tahu bahwa umurnya tidak lama lagi. Inilah cobaan yang harus dia lalui. Di depan semua orang dia tampak begitu bahagia. Seperti tak ada masalah dalam hidupnya. Setiap malam dia berdo’a, agar Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya. Dan mendapatkan sebuah keajaiban. Namun tetap saja. Akhir-akhir ini dia sering pingsan. Mengeluarkan darah dalam hidungnya setiap waktu. Sedih dan sakit yang dia rasakan. Dia hanya mampu menangis, menangis, dan menangis, menanti keajaiban yang dirasa itu sangat mustahil untuk menjadi nyata.
Afi tak ingin melewatkan masa-masa yang indah selama hidupnya. Dia selalu melewati hari-hari yang tersisa untuknya dengan penuh keceriaan, kebahagiaan, dan berusaha membuat orang-orang yang dia sayangi tersenyum bahagia, termasuk Tama. Tanpa dia sadari, buku diary miliknya tinggal satu halaman lagi. “apakah itu sebuah pertanda bahwa usiaku tinggal esok hari? Ahh… aku harus positif thinking, mana ada usia ditentukan dengan buku diary. Aku harap, aku masih mempunyai waktu untuk dapat merasakan indahnya hidup, aku masih ingin membahagiakan orang-orang yang aku sayangi dan yang menyayangi aku”. Ucapnya lirih dan penuh ketegaran. Sebelum dia beranjak tidur, dia memohon kepada Tuhan dalam hati (tolong berilah hambamu kesempatan untuk hidup, dan hamba mohon, setelah hamba menutup mata selama tidur, esok hari hamba masih dapat membuka mata kembali. Beri hamba kesempatan, hamba mohon …) .
Dan di esok harinya, permintaan Afi pun terkabulkan. Dia masih bisa membuka matanya kembali. Perasaan senang menyelimuti dalam dirinya. Tak lupa dia menorehkan tinta hitam dalam buku diarynya. Untuk mengungkapkan betapa bahagianya dia hari ini, masih bisa membuka mata menikmati keindahan dunia. Di usianya yang sangat muda, sungguh sayang apabila harus menanggung beban yang begitu berat. Namun dia berbeda dengan teman-teman seusianya. Memiliki sifat yang lebih dewasa, mampu mengerti, dan selalu optimis dalam memikirkan sesuatu hal. Hingga pada akhirnya, darah dalam hidungnya pun keluar yang tak seperti biasanya, menetes di atas kertas, tepat di halaman terakhir pada buku diarynya. Kepala yang dia rasakan begitu sakit. Pandangan hanya seperti bayangan. Dan dia pun pingsan di atas tempat tidurnya. Karena keluarganya tahu bahwa Afi belum keluar kamar dari tadi, membuat penghuni di rumah itu menjadi cemas dan khawatir. “Afi, buka pintunya nak, ini bunda”. Kata bundanya dengan gelisah. “sayang, buka pintunya, ini kakak, ada bunda, ada ayah juga. Ayo buka pintunya sayang”. Karena tidak ada respon sama sekali, ayahnya pun mendobrak pintu kamar Afi. Betapa terkejutnya mereka saat melihat keadaan Afi yang terbaring tanpa daya di atas tempat tidur. Tanpa lama lagi, mereka segera membawa Afi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Setiba sampai di rumah sakit, dokter pun meminta mereka untuk tetap berada di luar, menunggu hasil pemeriksaan Afi. Saat sang dokter keluar, beliau menggambarkan suasana yang tidak begitu senang. Dan dengan berat hati beliau harus mengucapkan “maaf, nyawa putri ibu dan bapak, tidak dapat terselamatkan”. Air mata tak dapat tertahan lagi. Mereka sangat terpukul mendengar kabar pada saat itu. Ayah Afi pun bertanya, “apa yang sebenarnya tejadi pada putri kami dokter?”. “sebenarnya, dia sudah lama mengalami penyakit kanker darah. Dan kanker itu sudah pada titik stadium akhir. Cara yang dapat membantunya adalah melalui operasi. Namun dia menolaknya, karena dia tahu banwa tak ada biaya untuk melakukan operasi itu”. Jelas sang dokter. “tapi, kenapa dia tidak memberitahu kami tentang hal itu dok?”. “itu karena dia tak mau menyusahkan kaliyan. Dia ingin membahagiakan kaliyan, bukan membuat beban dalam hidup anda sekeluarga”. Fita, kakak Afi, sangat sedih dengan kejadian itu. Dia tak mau melepaskan pelukan pada adik yang sangat dia sayangi. Air matanya tak dapat berhenti. Dia merasa kehilangan seseorang yang terpenting dalam hidupnya. Yang dulu selalu bersama, namun kini dia telah pergi menyisakan kenangan-kenangan indah semasa hidupnya.
Waktu pemakaman tiba, ada sosok Tama yang mengiringinya pula. Seseorang yang pernah singgah dalam hati Afi. Tama tak pernah berpikir sebelumnya, kalau Afi menyimpan rahasia terbesar dalam hidupnya, yaitu mengidap penyakit kanker darah. Setelah pemakaman selesai, Fita menyerahkan sebuah buku yang dia bawa sejak tadi kepada Tama. Kemudian Fita pergi meninggalkan Tama seorang diri. Tanpa berpikir panjang, Tama segera membuka apa isi dari buku itu. Dan ternyata itu adalah buku diary milik Afi, di mana setiap kejadian yang terpenting dalam hidupnya, dia tuliskan di setiap lembar kertas demi kertas. Dan yang pasti, dia menuliskan masa-masa indah selama menjalin hubungan bersama Tama. Akhirnya Tama mengeluarkan air mata, membasahi buku diary Afi. Dia sangat menyesal dengan semua ini. Dia tersadar bahwa, cinta itu tidak melihat dari kesempurnaan dan tidak mengenal kata bosan. Afi adalah orang yang telah dia sia-siakan. Afi mencintainya dengan tulus, sepenuh hati, tanpa memandang kesempurnaan papa dirinya. Hanya kata menyesal, menyesal, dan menyesal yang dia lontarkan. Namun semuanya telah terlambat. Kini Afi telah pergi untuk selama-lamanya dan tak bisa kembali lagi ke dunia. Kata terakhir untuk Tama yang Afi tuliskan dalam buku diary itu adalah,
“Tama.. aku harap kamu mengerti tentang perasaanku yang sebenarnya, aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu, aku selalu menunggu perubahan dari sikapmu terhadapku. Aku ingin, kita bisa mewujudkan impian kita dulu, tapi kini hanyalah kata-kata semata, kamu telah dimiliki orang lain, dan usiaku pun takkan lama lagi. Semoga kau bahagia dengan pilihanmu, tetaplah tersenyum dalam keadaan sesulit apa pun, aku telah merelakan semuanya, karena jika kamu bahagia, maka aku pun turut bahagia untukmu, meskipun sebenarnya sakit yang aku rasakan. Tapi percayalah, aku menyayangimu dengan segenap jiwaku. Kamu adalah detak jantungku, kamu adalah nyawa bagiku. Namamu akan selalu kutulis dalam hatiku. Dan cintamu akan aku bawa mati. Terima kasih karena kamu telah memberiku kesempatan untuk merasakan indahnya cinta bersamamu, meskipun berakhir dengan kekecewaan. Selamat tinggal cinta, dan kunantikan dirimu di keabadian …. “
SELESAI
Berawal dari kisah seorang gadis berusia 17 tahun. Dia bernama Afi. Kelihatannya dia sama seperti yang lain. Normal-normal saja, tanpa ada masalah apapun. Tapi sebenarnya tidak. Ternyata ada kanker yang masuk ke dalam tubuhnya sejak dia duduk di bangku SMP. Dan dia pun baru menyadari itu di usia 16 tahun.
SMA N 01 Probolinggo adalah tempat di mana dia menempuh pendidikan sekarang ini. Berada di kelas XII Bahasa, dan menjadi siswa yang berprestasi. Sosok Tama adalah seseorang yang sangat dia cintai dan berharap menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidupnya. Tiga tahun sudah mereka menjalin hubungan. Aman, dan tanpa masalah. Namun sekarang sikap Tama terhadap Afi sedikit berubah. Waktu yang diberikan Tama untuk Afi pun semakin berkurang. Jarang ada perhatian seperti dulu. Tetapi dengan kekuatan cintanya, dia mampu untuk bersabar, berpikiran positif, dan sangat yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Satu bulan sudah hubungan mereka seperti ini. Seiring berjalannya waktu, kecurigaan pun muncul dalam benak Afi. Hingga dia memutuskan untuk mencari tahu, apa yang menjadi penyebab dari semua ini. Tanpa dia duga sebelumnya, tenyata ada orang ketiga dalam hubungan mereka. Tentunya keadaan seperti ini membuat dia terpukul. Namun di sisi lain dia sangat tegar, dia tak ingin hubungannya berakhir karena adanya orang ketiga, tetapi karena maut yang telah memisahkan mereka, dan dipertemukan kembali di keabadian Surga. Meskipun Afi tau tentang yang sebenarnya, dia tetap berusaha untuk tenang dan tetap tersenyum di depan Tama, padahal rasa perih dalam hati tak bisa ditahan lagi. “inilah cobaan yang harus aku hadapi”, lirihnya dalam hati.
Setiap malam Afi termenung sendiri, memikirkan masalah yang harus dia lewati dan mencari cara untuk menyelesaikannya tanpa ada kekerasan. “apakah Tama telah lupa akan janji-janjinya dulu? Ah… aku rasa tidak mungkin, siapa tau dia khilaf, karena manusia tempatnya salah” dengan optimis Afi berpikir seperti itu. Tiba-tiba ada setetes darah yang keluar dari hidungnya. Merasakan pusing dan sakit yang luar biasa. Dia tahu, bahwa kanker darah yang dideritanya kambuh. Dia tak mau kedua orang tuanya tahu akan hal ini. Dia berusaha untuk menyembunyikan semuanya karena dia tidak ingin menyusahkan siapa pun, termasuk keluarganya sendiri. Beberapa waktu kemudian, Afi mulai membaik. Dan di saat itu juga ada sebuah pesan dalam handphonenya. Pesan itu dari Tama. “sayang, maaf ya, besok pagi aku tidak bisa menemanimu ke toko buku. Ada suatu hal yang tak bisa kutinggalkan”. Membaca pesan itu, Afi mulai meneteskan air mata. Karena dia tahu, bahwa Tama akan pergi bersama selingkuhannya.
Malam yang kelam berganti pagi yang cerah. Afi bersiap diri untuk pergi ke toko buku tanpa ada yang menemani. Sebenarnya dia mempunyai seorang kakak yang sayang terhadapnya. Namanya Fita. Tetapi kini dia tinggal di Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya. “mau ke mana sayang? Ini masih terlalu pagi”, tanya bundanya. “Afi mau ke toko buku bun”, jawabnya dengan penuh kelembutan. “ya sudah kalo begitu, hati-hati ya sayang, jaga diri kamu baik-baik”, “iya bun, Afi berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum”, “Wa’alaikumsalam”.
Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Afi melihat seorang lelaki yang sama persis dengan Tama. Dan ternyata itu benar. Dia bersama perempuan itu. Berdua di sebuah taman yang sudah menjadi tempat favorit Afi dengan Tama. Tanpa berpikir panjang, Afi menghampiri mereka yang tengah asik bercanda tawa. “kamu nggak pernah ngertiin perasaan aku Tama”, suara Afi itu telah mengagetkan mereka berdua. “kamu ngapain di sini? Bukannya seharusnya kamu ada di toko buku sekarang?”, ucap Tama. “itu nggak penting, yang terpenting sekarang,kamu tentukan, siapa yang sebenrnya ada di dalam hati kamu?” balas Afi. Tama menarik tangan Afi, meninggalkan perempuan itu, dan saling bicara memberikan penjelasan. “kamu tau kan, aku sayang sama kamu, udah tiga tahun kita menjalin hubungan, dan kamu pasti ingat kan, dengan janji-janjimu dulu? Untuk saling setia, mewujudkan impian kita membangun keluarga kecil yang bahagia, saling melengkapi, selalu bersama dalam suka maupun duka, saat senang maupun sedih, saat sakit maupun sehat, apa kamu udah lupa dengan semua itu?” jelas Afi dengan penuh ketegaran. “alaaahh… udahlah, lupain aja, sekarang aku udah punya seseorang yang lebih sempurna daripada kamu..!”. Perkataan Tama dengan nada kasar. “apa salahku? Aku tak percaya kau bisa berubah seperti ini”. “aku cuma pengen cari suasana baru dalam hidup aku, puasss..!”. “jadi sekarang kita…” , “iya, kita putus, dan nggak ada hubungan apa-apa lagi.” Afi segera lari meninggalkan Tama, dan meratapi apa yang telah terjadi pada hari ini.
Sudah tiga hari Afi tidak masuk sekolah. Setiap hari hanya berada di kamar, kedua orangtuanya pun tak didengarkan. Pintu kamarnya terkunci. Dan akhirnya, Fita, kakak Afi pulang ke rumah karena mengetahui keadaan adik yang disayanginya seperti ini. “Afi, buka pintunya, ini kakak sayang, kakak baru pulang dari Bandung, apa kamu tidak rindu dengan kakakmu?” kata Fita untuk membujuk Afi agar mau membukakan pintunya. Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Kedua orangtuanya pun membiarkan Fita dan Afi saling berbicara. Karena beliau tahu bahwa hanya Fita yang mampu membuat Afi semakin tenang dan lebih baik. “kenapa kamu termenung sendiri di dalam kamar seperti ini sayang? Ayo, cerita sama kakak”. “Afi nggak kenapa-kenapa kok kak, cuma demam biasa”. Jawab Afi dengan senyum pahit. “tapi wajahmu pucat sayang”. “kakak tenang aja ya, Afi kecapekan doang kok, ntar juga sembuh sendiri”. “bener, kamu nggak kenapa-kenapa?”. “bener kakakku sayang”. “ya sudah kalo gitu, kamu istirahat dulu ya, kakak mau ngobrol-ngobrol sama bunda sama ayah juga”. Senyum manis terlontar dari wajah Fita. “iya kakakku sayang”.
Setelah Afi merasa lebih baik, dia pun memutuskan untuk masuk ke sekolah seperti biasanya. Sebenarnya dia tidak kuat dengan Tama dan selingkuhannya selalu bermesraan tepat di depan dia. Namun apa pun yang terjadi, dia harus ikhlas dengan semua itu dan mencoba untuk tetap tersenyum walaupun di dalam hatinya tersimpan kepedihan. Dengan bangganya Tama memperlihatkan rasa sayangnya terhadap perempuan itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan Afi.
Sepulang sekolah, Afi tidak langsung pulang. Tapi dia menuju ke sebuah tempat. Yaitu taman di mana dia bersama Tama menghabiskan waktu berdua untuk bercanda bersama, menikmati indahnya suasana di taman itu, dan yang tak bisa dilupakan oleh Afi sampai sekarang adalah, kenangan indah saat mereka menyanyikan lagu favorit mereka.
“ I can see you, if you’re not with me I can say to my self If you’re OK I can feel you, if you’re not with me I can reach you my self You show me the way “ Tanpa dia sadari, dia pun menyanyikan lagu tersebut pada waktu itu dengan tetesan air mata dan penuh kehancuran. Semuanya telah sirna. Tak ada lagi canda tawa, tak ada lagi kasih sayang, tak ada lagi yang mengusap air matanya di saat dia menangis, dan tak ada yang membuatnya bahagia di saat dia bersedih. Semua hanyalah kenangan, kenangan termanis yang tak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun.
Saat perjalanan menuju ke rumah, Afi merasa ada yang aneh,dan ternyata hidungnya mengeluarkan darah lagi. Tak lama kemudian pun dia pingsan. Orang yang melihat dia terkapar berusaha membantunya untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dia siuman, dokter menyanyakan di mana keluarganya. Namun dia hanya menjawab “sedang ada urusan dok, saya tidak mau keluarga saya tahu tentang keadaan saya yang sebenarnya”. Sang dokter pun tak mampu berkata. Tanpa berpikir panjang, beliau meminta Afi untuk bebicara empat mata. “sebenarnya saya berat untuk mengatakan ini kepadamu”. Kata dokter. “tidak apa-apa dok, apa pun hasilnya, saya akan menerimanya dengan ikhlas”. “kanker darah yang menyerangmu sudah pada titik stadium akhir. Saya harap, kamu mau untuk melakukan operasi, karena mungkin itu bisa membantumu menjadi lebih baik”. “berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi itu dok?”. “cukup besar dan tidak sedikit. 20 juta rupiah”. (dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu) ucapnya dalam hati. “maaf dok, sepertinya saya tidak bisa melakukan operasi itu”. “lalu bagaimana dengan kondisimu? Kamu butuh perawatan yang tidak mudah”. Afi hanya tertunduk lemas dan tak berdaya memikirkan beban seberat itu yang harus ditanggungnya sendiri karena tidak mau menyusahkan siapa pun.
Dengan perasaan sedih, Afi keluar dari rumah sakit. Karena dia tahu bahwa umurnya tidak lama lagi. Inilah cobaan yang harus dia lalui. Di depan semua orang dia tampak begitu bahagia. Seperti tak ada masalah dalam hidupnya. Setiap malam dia berdo’a, agar Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya. Dan mendapatkan sebuah keajaiban. Namun tetap saja. Akhir-akhir ini dia sering pingsan. Mengeluarkan darah dalam hidungnya setiap waktu. Sedih dan sakit yang dia rasakan. Dia hanya mampu menangis, menangis, dan menangis, menanti keajaiban yang dirasa itu sangat mustahil untuk menjadi nyata.
Afi tak ingin melewatkan masa-masa yang indah selama hidupnya. Dia selalu melewati hari-hari yang tersisa untuknya dengan penuh keceriaan, kebahagiaan, dan berusaha membuat orang-orang yang dia sayangi tersenyum bahagia, termasuk Tama. Tanpa dia sadari, buku diary miliknya tinggal satu halaman lagi. “apakah itu sebuah pertanda bahwa usiaku tinggal esok hari? Ahh… aku harus positif thinking, mana ada usia ditentukan dengan buku diary. Aku harap, aku masih mempunyai waktu untuk dapat merasakan indahnya hidup, aku masih ingin membahagiakan orang-orang yang aku sayangi dan yang menyayangi aku”. Ucapnya lirih dan penuh ketegaran. Sebelum dia beranjak tidur, dia memohon kepada Tuhan dalam hati (tolong berilah hambamu kesempatan untuk hidup, dan hamba mohon, setelah hamba menutup mata selama tidur, esok hari hamba masih dapat membuka mata kembali. Beri hamba kesempatan, hamba mohon …) .
Dan di esok harinya, permintaan Afi pun terkabulkan. Dia masih bisa membuka matanya kembali. Perasaan senang menyelimuti dalam dirinya. Tak lupa dia menorehkan tinta hitam dalam buku diarynya. Untuk mengungkapkan betapa bahagianya dia hari ini, masih bisa membuka mata menikmati keindahan dunia. Di usianya yang sangat muda, sungguh sayang apabila harus menanggung beban yang begitu berat. Namun dia berbeda dengan teman-teman seusianya. Memiliki sifat yang lebih dewasa, mampu mengerti, dan selalu optimis dalam memikirkan sesuatu hal. Hingga pada akhirnya, darah dalam hidungnya pun keluar yang tak seperti biasanya, menetes di atas kertas, tepat di halaman terakhir pada buku diarynya. Kepala yang dia rasakan begitu sakit. Pandangan hanya seperti bayangan. Dan dia pun pingsan di atas tempat tidurnya. Karena keluarganya tahu bahwa Afi belum keluar kamar dari tadi, membuat penghuni di rumah itu menjadi cemas dan khawatir. “Afi, buka pintunya nak, ini bunda”. Kata bundanya dengan gelisah. “sayang, buka pintunya, ini kakak, ada bunda, ada ayah juga. Ayo buka pintunya sayang”. Karena tidak ada respon sama sekali, ayahnya pun mendobrak pintu kamar Afi. Betapa terkejutnya mereka saat melihat keadaan Afi yang terbaring tanpa daya di atas tempat tidur. Tanpa lama lagi, mereka segera membawa Afi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Setiba sampai di rumah sakit, dokter pun meminta mereka untuk tetap berada di luar, menunggu hasil pemeriksaan Afi. Saat sang dokter keluar, beliau menggambarkan suasana yang tidak begitu senang. Dan dengan berat hati beliau harus mengucapkan “maaf, nyawa putri ibu dan bapak, tidak dapat terselamatkan”. Air mata tak dapat tertahan lagi. Mereka sangat terpukul mendengar kabar pada saat itu. Ayah Afi pun bertanya, “apa yang sebenarnya tejadi pada putri kami dokter?”. “sebenarnya, dia sudah lama mengalami penyakit kanker darah. Dan kanker itu sudah pada titik stadium akhir. Cara yang dapat membantunya adalah melalui operasi. Namun dia menolaknya, karena dia tahu banwa tak ada biaya untuk melakukan operasi itu”. Jelas sang dokter. “tapi, kenapa dia tidak memberitahu kami tentang hal itu dok?”. “itu karena dia tak mau menyusahkan kaliyan. Dia ingin membahagiakan kaliyan, bukan membuat beban dalam hidup anda sekeluarga”. Fita, kakak Afi, sangat sedih dengan kejadian itu. Dia tak mau melepaskan pelukan pada adik yang sangat dia sayangi. Air matanya tak dapat berhenti. Dia merasa kehilangan seseorang yang terpenting dalam hidupnya. Yang dulu selalu bersama, namun kini dia telah pergi menyisakan kenangan-kenangan indah semasa hidupnya.
Waktu pemakaman tiba, ada sosok Tama yang mengiringinya pula. Seseorang yang pernah singgah dalam hati Afi. Tama tak pernah berpikir sebelumnya, kalau Afi menyimpan rahasia terbesar dalam hidupnya, yaitu mengidap penyakit kanker darah. Setelah pemakaman selesai, Fita menyerahkan sebuah buku yang dia bawa sejak tadi kepada Tama. Kemudian Fita pergi meninggalkan Tama seorang diri. Tanpa berpikir panjang, Tama segera membuka apa isi dari buku itu. Dan ternyata itu adalah buku diary milik Afi, di mana setiap kejadian yang terpenting dalam hidupnya, dia tuliskan di setiap lembar kertas demi kertas. Dan yang pasti, dia menuliskan masa-masa indah selama menjalin hubungan bersama Tama. Akhirnya Tama mengeluarkan air mata, membasahi buku diary Afi. Dia sangat menyesal dengan semua ini. Dia tersadar bahwa, cinta itu tidak melihat dari kesempurnaan dan tidak mengenal kata bosan. Afi adalah orang yang telah dia sia-siakan. Afi mencintainya dengan tulus, sepenuh hati, tanpa memandang kesempurnaan papa dirinya. Hanya kata menyesal, menyesal, dan menyesal yang dia lontarkan. Namun semuanya telah terlambat. Kini Afi telah pergi untuk selama-lamanya dan tak bisa kembali lagi ke dunia. Kata terakhir untuk Tama yang Afi tuliskan dalam buku diary itu adalah,
“Tama.. aku harap kamu mengerti tentang perasaanku yang sebenarnya, aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu, aku selalu menunggu perubahan dari sikapmu terhadapku. Aku ingin, kita bisa mewujudkan impian kita dulu, tapi kini hanyalah kata-kata semata, kamu telah dimiliki orang lain, dan usiaku pun takkan lama lagi. Semoga kau bahagia dengan pilihanmu, tetaplah tersenyum dalam keadaan sesulit apa pun, aku telah merelakan semuanya, karena jika kamu bahagia, maka aku pun turut bahagia untukmu, meskipun sebenarnya sakit yang aku rasakan. Tapi percayalah, aku menyayangimu dengan segenap jiwaku. Kamu adalah detak jantungku, kamu adalah nyawa bagiku. Namamu akan selalu kutulis dalam hatiku. Dan cintamu akan aku bawa mati. Terima kasih karena kamu telah memberiku kesempatan untuk merasakan indahnya cinta bersamamu, meskipun berakhir dengan kekecewaan. Selamat tinggal cinta, dan kunantikan dirimu di keabadian …. “
SELESAI
Data Blogger dan Pengguna Friendster Indonesia
http://teknohikmah.blogspot.com/2008/04/data-blogger-dan-pengguna-friendster.html
Dari tulisan blog Ventura Elisawati di vlisa.com, saya mendapatkan
beberapa data yang sangat menarik, sulit didapat, walau saya tidak tahu
ybs mendapatkan angkanya dari mana. Tapi sebagai salah satu blogger
Indonesia yang sangat aktif dan "terpercaya", saya yakin angka-angka
berikut ini cukup "shahih" untuk kita jadikan pegangan.
Angka-angka ini adalah angka yang semestinya dapat terus diikuti dan diamati, dievaluasi perkembangannya dan akhirnya bisa kita tarik hikmah dan manfaatnya dalam pengembangan masyarakat berbasis Internet di Indonesia.
Terus terang angka diatas masih dibawah ekpektasi (harapan) saya. Saya punya feeling sebelum melihat data ini bahwa mestinya ada minimal 1 juta blog yang dibuat orang di Indonesia. Ini didasari pada fakta-fakta begitu banyaknya saya menemukan blog Indonesia setiap hari. Namun angka 247 ribu plus 125 ribu account di Blogger dan Wordpress cukup "menghibur" lah... Dengan angka segitu, artinya akan tetap ada peningkatan signifikan dari materi berbahasa Indonesia di seluruh Internet, yang konon diprpediksi oleh satu pihak (saya lupa blas namanya) hanya kurang dari 1%. Walau ketika masuk ke blog-blog Indonesia tersebut sebagian besar masih dalam bentuk "acak-acakan" (tak terurus dan tak teratur), namun semakin banyak yang rapi, konsisten di update, dan tulisannya berisi...
Satu hal lagi yang mungkin perlu dipantau adalah angka perkembangan materi berbahasa Indonesia di Wikipedia Indonesia yang banyak sekali dijadikan acuan bagi para pencari informasi berbahasa Indonesia di Internet. Baca juga tulisan saya terdahulu tentang Wikipedia Indonesia.
Mungkin memang sudah waktunya kita butuh adanya pembuat survey yang memantau statistik perkembangan Internet Indonesia. Saya pernah punya cita-cita ini, namun karena kesibukan dan tidak punya cukup resource, maka belum bisa diwujudkan, mungkin suatu saat nanti bisa, atau ada yang sudah memulainya? Yang banyak ada adalah lembaga survey dan riset dari luar negeri. Kalaupun mereka memantau Indonesia, biasanya hanya dalam proporsi sangat minor.
Angka-angka ini adalah angka yang semestinya dapat terus diikuti dan diamati, dievaluasi perkembangannya dan akhirnya bisa kita tarik hikmah dan manfaatnya dalam pengembangan masyarakat berbasis Internet di Indonesia.
Jumlah blogger Indonesia yang memiliki akun di Blogspot sekitar 247.000, di Wordpress 125.000.
Di Asia, friendster.com menjadi situs jaringan sosial terbesar yang dikunjungi rata-rata 32 juta pengguna internet setiap bulannya. Di Indonesia, Friendster memiliki lebih dari 8 juta pengguna terdaftar dan 4 juta pengunjung unik setiap bulan di friendster.com pada Februari 2008. Sementara 40 persen dari 25 juta pengguna internet yang ada di Indonesia memiliki akun Friendster.
Terus terang angka diatas masih dibawah ekpektasi (harapan) saya. Saya punya feeling sebelum melihat data ini bahwa mestinya ada minimal 1 juta blog yang dibuat orang di Indonesia. Ini didasari pada fakta-fakta begitu banyaknya saya menemukan blog Indonesia setiap hari. Namun angka 247 ribu plus 125 ribu account di Blogger dan Wordpress cukup "menghibur" lah... Dengan angka segitu, artinya akan tetap ada peningkatan signifikan dari materi berbahasa Indonesia di seluruh Internet, yang konon diprpediksi oleh satu pihak (saya lupa blas namanya) hanya kurang dari 1%. Walau ketika masuk ke blog-blog Indonesia tersebut sebagian besar masih dalam bentuk "acak-acakan" (tak terurus dan tak teratur), namun semakin banyak yang rapi, konsisten di update, dan tulisannya berisi...
Satu hal lagi yang mungkin perlu dipantau adalah angka perkembangan materi berbahasa Indonesia di Wikipedia Indonesia yang banyak sekali dijadikan acuan bagi para pencari informasi berbahasa Indonesia di Internet. Baca juga tulisan saya terdahulu tentang Wikipedia Indonesia.
Mungkin memang sudah waktunya kita butuh adanya pembuat survey yang memantau statistik perkembangan Internet Indonesia. Saya pernah punya cita-cita ini, namun karena kesibukan dan tidak punya cukup resource, maka belum bisa diwujudkan, mungkin suatu saat nanti bisa, atau ada yang sudah memulainya? Yang banyak ada adalah lembaga survey dan riset dari luar negeri. Kalaupun mereka memantau Indonesia, biasanya hanya dalam proporsi sangat minor.
10 Tips Menambah Pengunjung Blog Anda
daftarblogindonesia.blogspot.comAnda suka membuat blog tentang pengalaman anda? Berikut ini ada 10
tips yang dapat anda ikuti agar blog anda sering dibuka ataupun dibaca
oleh orang yang anda kenal maupun tidak.
- Berikan komentar di blog lain: Telah terbukti bahwa memberi komentar pada blog orang lain dapat menambah pembaca blog anda. Tinggalkan komentar yang baik, campurkan dengan humor. Ketika anda menemukan post yang mengundang kontroversi, tinggalkan komentar anda dengan kesan bahwa anda sudah dewasa, kontroversi adalah cara yang paling efektif untuk menjadi terkenal dengan usaha yang minimal tapi jangan buat orang menjadi marah pada anda.
- Masukan artikel anda pada website Social Networking: Website Social Networking adalah tempat terbaik dimana anda dapat memasukan artikel anda dan mendapat lonjakan pengunjung pada blog anda. Jika orang suka, otomatis mereka akan membuat link tersebut.
- Berikan komentar anda pada komunitas online: Bergabung dan ambil bagian pada forum dan komunitas online. Jangan lupa untuk menggunakan signature dengan alamat blog anda. Komentar anda pada komunitas dan forum akan menjadikan anda salah satu yang dihormati di komunitas.
- Tandai artikel: Tanyai pengunjung anda untuk menandai artikel anda. Website seperti StumbleUpon, deLicio.us, Google Bookmarks dan deLirio.us dapat menyediakan dengan tambahan pengunjung.
- Berinteraksi dengan pemberi komentar: Buatlah hubungan yang harmonis dengan pengomentar blog anda. Buat mereka merasa seperti di rumah dan mereka juga akan membuat anda merasa di rumah. Selalu bantu pengomentar anda dengan sumber yang berguna, jika itu tidak memungkinkan, arahkanlah mereka ke tempat yang dapat menyelesaikan masalah.
- Tulis dengan konsisten: Tulislah pada tingkat minimal 3-5 artikel yang berguna dalam seminggu. Melakukan ini akan membuat pengunjung anda mengerti bahwa anda blogger yang berdedikasi, yang peduli untuk membantu. Jika anda tidak konsisten untuk menulis, lalu mengapa pengunjung anda harus juga konsisten.
- Masukan blog anda pada Blog Directories: Masukan blog anda pada Technorati, Techmeme, Blogcatalog, dan blog directories lainnya. Blog directories juga merupakan sebuah tempat dimana anda dapat memasukan blog anda dan mendapatkan pengunjung.
- Hubungkan dengan artikel lain: Hubungan ke dalam dan ke luar sangatlah membantu.Pertama, itu membantu anda dalam menyediakan bukti mengenai pemikiran anda dan juga membantu pembaca terhubung dengan artikel yang berguna.
- RSS Feeds: Selalu sindikasikan RSS melalui feedburner, mengapa?. Karena mereka yang terbaik.
- Bersabar: Tip terakhir ini adalah yang terpenting.
Minggu, 16 Maret 2014
Sama-sama Seni
Lokasi: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Google Drive, Mountain View, CA 94043, USA
Sabtu, 15 Maret 2014
Art
Hidup akan lebih indah dan lebih berwarna dengan SENI .
Tanpa adanya seni dalam kehidupan manusia, semua akan terasa membosankan, jenuh, bahkan tidak ada sesuatu yang istimewa dan menarik.
Jadi, sebagai bagian dari warga negara Indonesia, kita perlu dan wajib melestarikan budaya yang kita miliki.
Terutama dalam hal Seni Tari.
Sungguh ironi bukan? Apabila yang belajar mengenai Seni Tari yang berasal dari negara kita dan ASLI dari Indonesia justru warga asing sedangkan kita acuh tak acuh terhadap budaya kita sendiri?
Setidaknya kita bisa untuk menghargai dan mencintai apa yang negara kita miliki.
Sebagai generasi muda, kita wajib melestarikannya dan memperluas budaya kita yang telah menjadi ciri atau identitas negara Indonesia.
Tanpa adanya seni dalam kehidupan manusia, semua akan terasa membosankan, jenuh, bahkan tidak ada sesuatu yang istimewa dan menarik.
Jadi, sebagai bagian dari warga negara Indonesia, kita perlu dan wajib melestarikan budaya yang kita miliki.
Terutama dalam hal Seni Tari.
Sungguh ironi bukan? Apabila yang belajar mengenai Seni Tari yang berasal dari negara kita dan ASLI dari Indonesia justru warga asing sedangkan kita acuh tak acuh terhadap budaya kita sendiri?
Setidaknya kita bisa untuk menghargai dan mencintai apa yang negara kita miliki.
Sebagai generasi muda, kita wajib melestarikannya dan memperluas budaya kita yang telah menjadi ciri atau identitas negara Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)